Hujan Gerimis pada Musim Kemarau
Dimas, seorang mahasiswa suatu perguruan tinggi ternama, sedang duduk didepan rumah memperhatikan seorang anak kecil sedang menjajakan gorengan dengan semangat agar jualannya laku. Dia yang masih dibawah umur sudah pandai menafkahi hidupnya, bahkan lebih pandai dari Dimas yang sudah mahasiswa. Tak seharusnya dia berjualan. Dia seharusnya berada di balik bangku sekolah memakai pakaian seragam, belajar di dalam kelas, menulis pelajaran, lalu pulang ke rumah membuka kembali pelajaran yang dia pelajari di sekolah. Bukannya berjualan gorengan di setiap gang-gang jalanan maupun lorong-lorong rumah. Bahkan setiap hari dia menjajakannya di area kampus Dimas. (Baca juga : Ada Tiga Hal Dalam Hidup Manusia)
Tak sedikit mahasiswa yang memanggil-manggil dia untuk membeli gorengan. Dia nampak senang dengan profesi yang dijalaninya. Penuh dengan suka cita dan rasa senang menjalani apa yang menjadi nasibnya. Tak peduli dengan matahari yang selalu murka pada alam dengan kaki telanjang yang terseok melangkahkan di atas tanah berdebu. Sebuah perjuangan yang tidak sebanding dengan apa yang diperolehnya.