Air Mata Sedih Ramadhan
Tanpa ku sadari ….
Engkau kian mendekati saat kepergianmu
Sedang aku baru mulai menghitung nilai ibadahku
Yang rupanya terlalu tipis ibadah yang ku gubah
Saat ini baru ku sadari kenikmatanmu
Saat ini baru ku sadari keindahanmu
Duhai Ramadhan …
Ku akui imanku terlalu kecil umpama partikel-partikel yang beterbangan
Ku tahu kedatanganmu terlalu cepat seumpama sambaran kilat
(Baca juga : Jangan Sedih menghadapi Beban Hdup)
Namun aku tetap terus asyik dengan mainan khayalan benakku
Tanpa memikirkan untuk mengatur cara mendakapmu seerat-eratnya
Sehingga aku akan tetap merasakan kehangatanmu walau kau telah pergi,
Pergi selama sebelas bulan meninggalkan diriku.
Aku lupa bahwa dirimu bisa membimbingku melawan amarah yang menyingga
Dirimu juga berusaha mendidik tembakan nafsu birahiku
Dan daripadamu juga aku mengenal kondisi diriku yang sebenarnya
Kini baru aku mulai bersungguh menggapaimu
PadaNya ku sujud meratab memohon jutaan keampunan
Atas segala bongkahan dosa yang pernah ku pahatkan padaNya
Air mataku basah kuyup membasahi hamparan sujudku