Cerita Sendu Menyambut Malam
Malam,,,,..
Mungkin kau memang mampu menenggelamkan setiap senja yang hadir di penghujung waktu. Senja yang selalu mampu membangkitkan ingatanku tentang cerita sendu. Cerita yang tak pernah selesai hingga senja berikutnya datang dan malam selanjutnya mulai menjemputku. (Baca juga : Derita Sebatang Pohon Lapuk)
Malam,,,..
Senjamu kali ini terlihat amat berbeda, air mukanya terlihat merintih, merana, kalut dan sendu. Apa yang sebenarnya terjadi? Entahlah,,,, Aku tak tahu mengapa. Aku tak lagi melihat senja yang biasa menyapaku tatkala aku terduduk di tengah rumput ilalang yang menjulang teduh dengan anggunnya. Senja yang menemaniku meliukkan jari jemari untuk menggoreskan titik titik tinta tentangmu di atas kertas putih yang selalu ku bawa.
Malam,,,…
Waktu senja tadipun tak ku lihat burung camar terbang di atas awan. Tak ku lihat fragmen-fragmen mahkota bunga daendelion yang terbang di depan mukaku yang terbawa semilirnya angin kemarau, tak kudengar sapa matahari yang biasanya selalu terdengar sebelum kembali ke peraduan malam. Dan itu semua membuat aku kehilangan akal untuk mampu mengguratkanmu dalam goresan pena yang saat ini berada dalam guratan takdirku.